Berpikir Kedepan Tapi JASMERAH

  • Sekilas Saja

    Hidup adalah tujuan untuk Mengikuti Kristus.Bekerja bagiku adalah Hobi.Belajar adalah suatau kesenangan.,

  • SIAPA IDOLA-Mu..?

    Sering sekali kalimat ini dilontarkan oleh para motivator diluar sana kemudian banyak tanggapan bermunculan mulailah keluar nama-nama artis,

  • Hakikat Pemuda dalam Menyikapi Isu SARA di DKI Jakarta.

    Bulan oktober 2016 menjadi saksi kejadian yang membuat heboh seluruh jagat raya dan terkhusus masyarakat DKI Jakarta.

  • Yayasan Aku Dan Sukarno

    YADS adalah wadah bagi para insan sukarnois, pemerhati Sukarno, pengkaji ajaran Sukarno, para penapak-jejak sejarah Sukarno yang ingin berkarya dan belajar dari para pendiri Bangsa seperti Sukarno.

  • Tips “Fashion” yang Wajib Diketahui Semua Wanita

    wanita adalah seorang yang paling peduli dengan pakaian yang hendak digunakan alam berbagai kegiatan, kekantor hangout bareng teman, pesta atau kegiatan resmi lainnya

Senin, 21 November 2016

SOEKARNO BUKAN KOMUNIS

SOEKARNO BUKAN KOMUNIS
 (Marhaenisme, Sosialisme, dan Komunisme)
 
Soekarno Untuk Rakyat Indonesia, YADS 
Diskusi malam itu memacu semangat saya menuliskan mengenai idelogy Soekarno (Marhaenisme, Sosialisme, dan Komunisme), sebab masih ada dari kalangan teman-teman mahasiswa yang kadang-kadang terbalik mengartikan pemikiran Soekarno ini, bahkan masih ada yang mengatakan Soekarno Komunis dan sebagainya. Semoga penjelasan singkat saya ini akan membantu, sebab saya juga masih banyak belajar, hehehehe
Soekarno telah memiliki suatu konsep ideology politik yang disebut dengan  sosionasionalisme. Dalam suratnya “fikiran Ra’jat” tahun 1992, yaitu nasionalisme masyarakat yang timbul dari keadaan-keadaan yang nyata dari masyarakat. Jadi nasionalisme yang dimaksud bukan nasionalisme “ngalamun”, bukan nasionalisme “kemenyan” bukanlah nasionalisme “melayang” tetapi nasionalisme yang dengan kedua kakinya berdiri didalam masyarakat. Betul bahwa tidak dipungkiri Soekarno mengilhami ideology tersebut dari Karl Marx dan Lenin dengan memberi warna baru, perbedaan sosio nasionalisme dengan sosialisme terletak pada basis massanya, dimana sosialisme berbasiskan kaum buruh, sedangkan sosio nasionalisme  berbasiskan kaum tani, hal ini dikarenakan pada masaa itu masyarakat Indonesia mayoritas agraris. Dimana pemikiran marx dan lenin telah direvisi oleh Soekarno secara umum. Dimana eksistensi kaum buruh (proletar) dalam teori marx dan lenin kemudian tergantikan dengan kaum tani (sebagai kaum marhaen) sebagai bassis kekuatan konsep sosio-nasionalisme Soerkano.
Disini bukan perbedaan faham antara marhaen dan proletar, bahwa: marhaen bukanlah kaum proletar saja, tetapi ialah kaum proletar dan kaum tani serta kaum melarat Indonesia lainnya. Didalam perjuangan bersama dari ketiga tadi kaum proletarlah yang mengambil bagian paling besar. Sebab kaum proletarlah yang kini lebih hidup didalam ideology modern, kaum proletarlah yang dipakai sebagai kalssen lebih langsung terkenai oleh kaplitalisme, kaum proletarlah yang lebih mengerti akan segala-galanya kemodrenan sosio nasionalisme dan sosio demokrasi. 
Sangatlah kurang benar ketika Soekarno dikatakan penganut komunis, hanya memang benar bahwa Soekarno telah melakukan revisi pemikiran dari Marx dan lenin, selain itu terdapat perbedaan mencolok antara faham komunisme dengan faham sosialisme, dimana didalam komunis berfikir dalam rangka kelas dan pertentangan kelas, maka sosialisme berfikir dalam kerangka mayoritas dalam parlemen. 

Marhaenisme, Sosialisme, dan Komunisme

Pemikiran Soekarno berangkat dari satu point central yakni kebenciannya terhadap kapitalisme, imperialisme, kolonialisme, namun ia lebih toleransi kepada musuh-musuhnya kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme, dalam rangka memerangi itu Soekarno mencoba menggabungkan tiga aras piker ideologis utama yang berkembang pada waktu itu yakni islam, nasionalisme dan komunisme, konsep tersebut dikenal dengan sebutan Nasakom. Tiga aras pemikirannya ini disebabkan atas kedekatannya terhadap H.O.S tjokroaminoto seorang tokoh syariat islam Surabaya, semangat anti kolonialisme yang melahirkan semangat nasionalisme, serta kekagumannya terhadap teori perubahan yang ditawarkan lenin dan marx.
Kondisi pada saat itu jelas bahwa ideology komunisme merupakan ideology kekuatan dunia dalam mendobrak belenggu aristokrasi dan merupakan lawan paling ampuh dalam menumbangkan regim kapitalisme dunia. Dengan melihat revolusi Bolshevik 1917 di rusia, yang mengantarkan kemenangan kaum Bolshevik dibawah pemimpinan Vladimir illich lenin, telah mengilhami Soekarno bahwa persatuan masyarakat terutama rakyat melarat merupakan senjata paling utama untuk melawan segala macam regim yang menindas hak-hak rakyat.  Termasuk regim kolonialisme dan imperialism benlanda.
Keberhasilan revolusi Bolshevik pada tanggal 1 oktober 1917 dirusia para penganut marxisme diseluruh duni menyuarakan agar keberhasilan tersebut dapat diikuti revolusi dunia. Lenin menyuarakan bahwa untuk tercapainya revolusi dunia hendaknya didirikan partai komunisme ditiap negara. Seruan lenin ini makin memperparah SI ditanah air terlihat dengan kongres Nasional VI SI bulan Oktober 1921 disurabaya. Faksi komunis yang dipimpin oleh Tan Malaka dan Semaon berusaha mengendalikan dan menguasai jalannya konggres, tetapi usaha mereka ini ditentang oleh salah seorang tokoh SI yaitu, H. Agus Salim menjawab semua argument Tan Malaka dan Semaoen dengan mengatakan bahwa nabi Muhammad SAW sudah mengajarkan sosialisme sejak seribu dua ratus tahun yang lalu (Anonimus 1994:hal 7-11). Sejak itulah muncul embrio partai komunis Indonesia.
Pada bagian tulisan Soerkarno juga menyoroti apa yang terjadi didalam tubuh SI secara eksplisit. Menurutnya, pergerakan berhaluan nasionalisme, mengingkari pergerakan marxisme di Indonesia ini mengingkari sifat pergerakan yang berasaskan islam. Kaum marxis ini rupanya ditujukan kepada Tan malaka dan Semaoen, yang dianggapnya sebagai telah memulai pertengkaran terhadap sesama kawan, yang secara politis menurut Soekarno sebagi upaya untuk mengubur rasa cinta tanah air, nasionalisme dan paham keagamaan, berdasarkan keadaan ini Soekarno mencoba memberi tawaran alternative baru bagi wadah pergerakan Perjuangan Nasional Indonesia. Pada tanggal 4 juli1927 Soekarno mendirikan partai Nasional Indonesia (PNI) yang diproyeksi sebagai sarana untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, dengan alasan-alasan sebagai berikut: pertama karena pada saat itu dalam pengambilan kekuasaan dibidang kenegaraan atau pemerintah hanya dapat dilakukan melalui sarana partai politik. Kedua: istilah nasional berasal dari kata nation yang berarti secara umum bangsa bernegara berbangsa dalam pengertin ikatan kenegaraan yang demikian ini untuk membedakannya dengan pengertian bangsa dalam ikatan atau pertalian keturunan. Ketiga: istilah Indonesia untuk menunjukkan kepada gugusan kepulauan yang terletak di timur india, yang berhubungan dengan istilah Indonesia yang diciptakan oleh seorang ilmuan jermanAldoft Bastian. 
Karena PNI ini diduga akan melakukan pemberontakkan pada awal tahun 1930, maka pada tanggal 24 Desember 1929 Soekarno, Soeprianinata, Gatot mangkupraja dan Maskun dicuduk oleh aparat pemerintah kolonial belanda. Soekarno dijatuhkan 4 tahun penjara, namun kerena mendapat keringan pada bulan desember 1931 ia sudah dibebaskan. Dalam pidato pembelaannya yang diberi judul “Indonesia menggugat” yang dibacakan didepan hakim kolonial bandung, dimana Soekarno menyebutkan keyakinan bahwa syarat yang amat penting untuk perbaikan kembali semua susunan pergaulan hidup Indonesia itu ialah kemerdekaan nasional. Oleh karena itu semua usaha bangsa Indonesia ditujukan kearah kemerdekaan nasional itu. Namun hal itu berlainan dengan partai yang lain, yang mengatakan perbaiki dulu rumah tangga nanti kemerdekaan itu akan datang sendiri, sedangkan PNI menegaskan petingnya kemerdekaan nasional untuk diusahakan terlebih dahulu, sebab baru dengan kemerdekaan nasional itulah rakyat akan bisa memperbaiki rumah tangganya dengan tidak terganggu yakni dengan sesempurna-purnanya.  Perbedaan sikap politik ini berdampak dalam tubuh PNI kemudian pecah menjadi dua. Mr. sartono kemudian mendirikan partai Indonesia (Partindo) sedangkan yang tidak setuju dengan Mr sartono mendirikan pendidikan nasional Indonesia yang dikenal dengan PNI baru yang dipelopori oleh sutan syahrir. Mr. sartono menyerahkan tumpuk pimpinan PARTINDO kepada  Soerkarno, sedangkan Sutan syhahrir mengangkat Drs. Moh. Hatta sebagai ketua PNI baru.
Pada masa partindo inilah istilah marhaenisme mulai mendapatkan tempat luas, dimana mulai mendapatkan konferensinya tahun 1933 dikota mataram, patindo telah mengambil keputusan tentang marhaen dan marhaenisme yang isinya adalah sebagi berikut:
  1. Marhaenisme, yaitu sosio nasionalisme dan sosio demokrasi
  2. Marhaen, yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum melarat Indonesia lainnya.
  3. Partindo memakai perkataan marhaen dan bukan proletar, oleh karena perkataan proletar sudah termaksud didalam perkatan marhaen, dan oleh karena perkataan proletar itu bisa juga diartikan bahwa kaum tani dan lainnya kaum melarat tidak termaksud didalamnya
  4. Karena partindo berkeyakinan, bahwa didalam perjuangan kaum melarat Indonesia lainnya yang harus menjadi elemennya, maka partindo memakai perkataan marhaen itu
  5. Didalam perjuangan marhaen itu maka partindo berkeyakinan, bahwa kaum proletar mengambil bagian yang besar sekali
  6. Marhaenisme adalah azaz yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan negeri yang didalamnya segala halnya menyelamatkan marhaen
  7. Marhaenisme adalah pula cara perjuangan untuk mencapai susunan masyarakat dan susunan negeri yang demikian itu, yang oleh karenanya ada cara perjuangan yang revolusioner
  8. Jadi merhaenisme adalah: cara perjuangan dan azaz yang menghendaki hilangnya tiap-tiap kapitalisme dan imperialisme
  9. Marhaenisme adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia, yang menjalankan marhaenisme.
Disini terlihat adanya kesaaman dan perbedaan antara konsep komunisme dan marhaenisme. Kesamaanya terletak pada perumusan terhadap apa yang disebut sebagai kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme. Keduanya sama-sama melihat arti penting kaum marginal dan metode perlawanannya. Keduanya memiliki sifat popolis yang lebih mengedepankan aspek kebersamaan.  
Sementara itu perbedaan antara komunisme dan marhaenisme ialah, komunis menandakan suatu tipe masyarakat dimana kekayaan diserahkan kepada komunitas,dan tiap-tiap warga masyarakat bekerja untuk kebaikan bersama menurut kemampuannya dan diberi upah sesuai kebutuhannya. Banyak komunitas kecil komunis dimasa lalu mendapat ilham dari prinsip2 keagamaan, seperti yang bisa kita lihat di amerika latin dengan teologi pembebasannya. Einstain secara tegas membedakan pola perjuangan komunisme dengan sosialisme. Kumunisme cendrung menggunakan cara-cara radikal revolusioner dengan jalan memelihara dan melakukan suatu management konflik semaksimal mungkin, komunisme kemudian memberi arti penting pada istilah kontradiksi kelas dan konfrontasi. Sedangkan sosialisme cendrung mencoba jalan “damai” melalui saluran konstitusioanal dalam parlemen. Cara-ara inilah yang dipakai dalam ideology sosialisme yang coba diterapkan Soekarno dalam rangka merebut kemerdekaan Indonesia. (Meiniwan Halawa)


Share:

Jumat, 11 November 2016

BELAJARLAH KEPADA SEMUT.!








Beberapa hari lalu tepatnya hari kamis, pada saat itu ketemu dengan seorang pemudi yang menurut saya dapat dikategorikan cerdas dan juga nasionalis abis. Pemudi tersebut tidak ingin untuk disebutkan namanya sebab menurutnya apalah arti sebuah nama yang paling berarti baginya adalah bagaimana menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Kedengarannya sangatlah simple tapi jika dipahami dengan baik, maka semua itu terdapat dalam ajaran Mesias, Yesus Kristus. Kasihilah sesamamu manusia layaknya engkau mengasi diri sendiri. Kasih yang tidak ada batasnya sangat jarang dimilki oleh orang-orang zaman sekarang.

Pemudi ini kenal dengan baik dengan saya, mulai dari segala kegiatannya yang selalu dalam pelayanan dan juga beberapa kegiatan organisasi dan hampir semua dari kegiatannya adalah bersifat sosial dan berbagi ilmu dengan yang lain. Tujuannya hanyalah ingin mentransfer energi positif yang dimilikinya kepada teman-teman dan generasi muda lainnya, bagaimana anak-anak muda zaman sekarang wajib peduli dengan rakyat, dunia disekelilingnya dan keluarga. Kegiatan yang sangat mulia ini menurut saya sangatlah baik jika pemuda-pemudi yang lainnya sama seperti ini orang, saya yakin 10 tahun kedepan bangsa Indonesia tanah air yang kita cintai ini akan lebih baju dan mungkin akan menjadi poros pergerakan dunia.

Dia berkata dengan mengutip salah satu isi Kitab Amsal “Hai pemalas Belajarlah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak, biarlah tidak ada pemimpinnya pengaturnya atau penguasanya dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Hai pemalas berapa lama lagi engkau akan berbaring.? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu.?” Sebuah kalimat yang sangat memotivasi untuk selalu melakukan hal-hal yang positif tanpa menunggu arahan dari siapapun. Sebab manusia adalah mahluk yang sangat mulia diberikan akal juga pikiran untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk.

Namun kenyataan banyak manusia tidak memahami betapa mulia dirinya. Kenapa hal ini bisa terjadi.? Ya karena mereka tidak mengenal dengan sangat mendalam Sang Pencipta dan tidak bersahabat dengan Alam yang Sang Pencipta titipkan kepada manusia. Untuk mengenal Sang Pencipta dengan intim maka sering lah membaca dan memahami ajarannya lalu kemudian implementasikan dengan baik. Ya betul...terkadang ini juga sangatlah susah.. namun lebih susah jika tidak pernah ada niatan untuk berubah ke hal yang lebih baik. Sampai kapan anda akan berubah, apa menunggu sampai Tua, menunggu sampai memutih rambut atau menunggu ketika nafas kehidupan akan berhenti. Percayalah itu akan sia-sia. Tidak kata nanti yang ada hanyalah Do it now.!

Kemudian ada satu hal yang saya juga belum temukan jawaban dari pertanyaan si pemudi tadi. “Bahwa kenapa ya Mba Mey orang yang baik itu selalu dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.?” Mendengar pertanyaan pemudi tadi, saya pahami bahwa pemudi ini sudah sering juga dimanfaatkan oleh mereka yang mungkin kurang bertanggungjawab, dimanfaatkan kebaikannya, ketulusannya, juga semangat juang tanpa pamrih dalam berbagi dan mencerdaskan generasinya. Saya hanya menyampaikan bahwa terkadang kita juga perlu tegas dan bersikap bijaksana melihat hal itu. Pahami terlebih dahulu reaksi-aksinya setelah itu baru memberi tindakan yang sifatnya tidak menjatuhkan tapi lebih kepada kebaikan satu dengan yang lain.

“Tidak ada musuh yang abadi yang ada hanyalah kepentingan sesaat” Meiniwan Halawa.

 
Share:

Kamis, 03 November 2016

Peran Pers Dalam Penanaman Nilai Pancasila

MEINIWAN HALAWA (KIRI) , KUSAIRI (TENGAH) DAN DHEA PRAKASA YUDHA (KANAN) SAAT DISKUSI BERLANGSUNG
Forum Jurnalis Bekasi (Forjas) menggelar diskusi publik dengan tema “Peran Pers dalam Penanaman Nilai Pancasila” di Taman Kota, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jumat (28/10) malam.
Hadir sebagai pembicara Dhea Prakasa Yudha selaku pendiri Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) dan Meiniwan Halawa, Ketua Yayasan Aku dan Sukarno (YADS).
Diskusi yang dimulai sejak pukul 21.00 hingga 23.00 WIB tersebut dipandu langsung oleh Kusairi selaku Pimpinan Redaksi Indopetronews.com.
Dalam kesempatan tersebut, Meiniwan Halawa sebagai salah satu pembicara menyinggung posisi Pancasila di tengah-tengah generasi muda yang sudah mulai dilupakan.
Menurutnya, pemuda hari ini sudah mulai abai terhadap nilai-nilai Pancasila. Contoh paling update kata dia, pemuda banyak terpancing dalam konflik suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
“Pancasila mengajarkan persatuan, rasa saling menghargai. Jika pemuda terjebak dalam isu SARA, artinya pemuda lupa terhadap nilai-nilai Pancasila,” kata Meini.
suasana Dikusi 
Sementara Dhea Prakasa Yudha mengatakan, pers tidak bisa lepas dari Pancasila itu sendiri.
“Dalam pers terkandung nilai-nilai demokrasi, kebenaran, yang itu juga terkandung dalam Pancasila. Semua kembali kepada para pelaku media itu sendiri,” kata dia.
Yudha juga mengatakan, jurnalis bisa ikut berperan dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila. Terlepas bahwa media hari ini lebih berorentasi kepada bisnis serta kepentingan pemilik modal.
“Mudah saja bagi rekan-rekan jurnalis. Selama kalian taat dengan kode etik jurnalistik tentu tidak akan susah kita menulis apapun. Karena kode etik memberikan kesemapatan, memberikan jaminan bagi kita sebagai jurnalis untuk menulis,” tandasnya.
Anggota DPRD Kota Bekasi, Haeri Parani yang kebetulan hadir dalam diskusi mengatakan, sebagai wakil rakyat dirinya menjadikan Pancasila sebagai acuan sekaligus timbangan bagi dia selaku wakil rakyat.
“Jadi prinsip yang saya pegang sebagai anggota dewan tentu Pancasila. Kita jadikan Pancasila sebagai tolok ukur dalam melihat dan mengkritisi sebuah kebijakan,” katanya.
Ketua Pemuda Demokrat Indonesia Kota Bekasi, King Vidor yang hadir sebagai undangan dalam diskusi tersebut mengatakan, Pancasila merupakan jati diri bangsa Indonesia yang ia bukan diciptakan  Bung Karno tapi merupakan sebuah nilai-nilai yang digali dari buminya Indonesia.
“Jati diri kita ya Pancasila. Tapi sayang sebagai bangsa kita mulai lupa akan jati diri. Nah peran kita semua yang sadar untuk terus menggelorakan Pancasila di bumi Indonesia. Jangan sampai Pancasila benar-benar hilang dari masyarakat kita,” katanya.
Ketua Forum Jurnalis Bekasi, Syahrul Ramadhan mengatakan, tema Pancasila diambil sebab ia menyadari bahwa hari ini Pancasila kian terpinggirkan dan mulai dilupakan masyarakat.
Sementara pers sendiri memiliki kekuataan yang memungkinkan untuk andil dalam menanamkan nilai Pancasila.
“Inilah mengapa teman-teman jurnalis mendiskusikan Pancasila. Karena kita menyadari, bahwa kita punya tanggung jawab untuk ikut menanamkan nilai-nilai Pancasila di tengah masyarakat melalui karya-karya kita,” pungkasnya.
Selain jurnalis, diskusi dihadiri sejumlah anggota komunitas di Bekasi dan sejumlah aktivis dari organisasi masyarakat, organisasi kepemudaan dan mahasiswa.(Ical)
Sumber : http://klikbekasi.co/2016/10/29/jurnalis-bekasi-bicara-pancasila/ 
Share:

Rabu, 02 November 2016

MENGAPA JOKOWI HARUS DIJATUHKAN MELALUI AHOK??


Demo yg konon akan besar2-an di Istana Negara dan lain lain pada 4 November 16 ditujukan menekan Jokowi supaya tidak melindungi Ahok. Supaya Jokowi nyuruh Kapolri penjarakan Ahok. Apakah Jokowi akan nuruti tekanan itu? Hanya orang bodoh yg percaya. Jika Tuntutan mereka itu dipenuhi maka akan berlanjut dgn tekanan berikutnya. Jokowi tahu skenario itu.
Mereka para penggerak demo dan para bandarnya berusaha sekuat tenaga supaya Jokowi jatuh sebelum MARET 2017. Mengapa??
Saat itu lah masa berlaku Tax Amnesty berakhir. Berarti para pengemplang pajak yg tidak ikut TA akan menjadi sasaran buruan petugas pajak. Untuk memburu para pengemplang pajak itu, Jokowi telah menyiapkan Ditjen Pajak sekuat lembaga sejenis di Amerika Serikat, IRS. Lembaga pajak ini akan bergerak seperti KPK.
Mengapa Ditjen Pajak diperkuat? Ya, karena pajak akan dijadikan sumber utama pembiayaan pembangunan, sesuai potensi yang ada. Selama ini potensi pajak luar biasa, tapi tidak jadi riil karena banyak pengusaha dan politisi tidak bayar pajak karena bisa kongkalikong dgn penguasa. Jokowi mau praktek kotor masa lalu itu diakhiri. Dia mau bersih. Pajak menjadi titik tolak karena ketidakpatuhan terhadap kewajiban bayar pajak menjadi sumber dari praktek2 kotor dlm bisnis, birokrasi, dan politik.
Praktek kotor yg selama ini terjadi adalah sebagai berikut: Kolusi pebisnis-birokrat-politisi memungkinkan semua pihak itu ngemplang pajak. Dari pajak yg seharusnya masuk kas negara, mereka punya dana berlebih untuk gaya hidup mereka, juga untuk menggerakkan mesin politik, demi memperkuat posisi diri pribadi atau kelompoknya. Mereka dgn leluasa mampu membayari ormas-ormas bayaran untuk tujuan mereka. Para petinggi Ormas-ormas itu pun senang krn hidup mereka dicukupi, termasuk bisa punya Hammer.
Apa jadinya jika aksi BERSIH Jokowi dijalankan? Mereka akan kehilangan dana ekstra yg besar, dan yg lebih penting aliran uang mereka akan terbuka jelas karena ada kewajiban membuat laporan SPT. Jadi, mereka akan jauh lebih sulit untuk mengendalikan partai, dan membayari Ormas-ormas bayaran.
Siapa mereka itu? Ditjen Pajak sudah mengantongi nama-nama mereka, juga dana mereka. Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan setelah periode TA pertama berakhir September lalu, masih sekitar 3.000 komisaris dan direksi perusahaan tambang yg belum melaporkan pajaknya. Itu baru sektor pertambangan, belum sektor politik, birokrat, penguasa daerah, dll. Pada contoh pertambangan, kalangan ini sudah sama2 tahu bahwa ada satu perusahaan tambang batubara kelas berat yg ngemplang pajak 10 tahun sebanyak Rp 18 Triliyun!! Si bos perusahaan bisa ngemplang sedemikian lama krn dulu bagian dr kekuasaan! Partai dg gampang dia kendalikan.
Si bos itu kini sudah pasti resah. Begitu pun para politisi yang hidup dari uang kemplangan pajak itu. Gerak politik mereka jelas makin sempit krn tak lagi gampang mendapatkan mesiu jika sampai Jokowi terus berkuasa. Maka jelas sudah aksi "tangkap Ahok" tak lebih dari bentuk ketakutan orang-orang kotor yg takut disapu BERSIH Jokowi. Sapu bersih melalui jalur pajak ini hanyalah salah satu dr beberapa strategi Jokowi untuk mereformasi sistem politik-ekonomi Indonesia yg sudah sakit parah oleh ulah para pengusaha-birokrat-politisi hitam.
Jokowi belajar dari pengalaman AS. Untuk menumpas Mafia, pemerintah AS dulu menggunakan dinas pajak IRS, bukan FBI. Untuk persiapan membuat Dirjen Pajak sehebat IRS Kemenkeu kini sudah "menyekolahkan" sekitar 2.000 orang pajak muda untuk belajar cara kerja IRS di AS, dan di beberapa negara lainnya. Maka sebelum itu terjadi, Jokowi harus dilengserkan dengan berbagai cara. Jika sampai Maret 2017 upaya mereka itu gagal, maka hidup dan gerak mereka akan makin sulit. Bahkan sebagian dr mereka sudah pasti bakal masuk bui, atau kabur ke luar negeri dan masuk DPO Interpol.
Anak Muda Berfikirlah Cerdas, jangan jangan terjebak dengan Isu SARA. Tapi pelajari dan pahami keadaan yang ada. (AnakPulau)

Share:

PANCASILA DIMATA GENERASI MUDA

Diskusi 29 October 2016, di Yayasan Aku Dan Sukarno
Menyambut Hari Sumpah Pemuda tentunya sangat erat dengan semangat juang Pemuda, tak heran kita menjumpai begitu banyak kegiatan dalam memperngati hal tersebut. Artinya secercah semangat itu masih dimiliki oleh anak-anak muda, Sukarno pernah mengingatkan kita bahwa ‘Berikan aku 10 anak muda maka akan kuguncang dunia dan berikan aku 1000 orang tua akan kucabut semeru dari akarnya’. begitu dasyatnya seorang pemuda atau pemudi yang tahu akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai generasi penerus bangsa, mengetahui hakikat seutuhnya dari seorang pemuda, yang mungkin dapat dilihat ataupun ditemukan dalam diri seorang Sukarno muda.
Dalam zaman sekarang kecanggihan teknologi dan kemajuan peradaban kian hari kian tidak menentu arahnya, sebagian pemuda juga mulai melupakan tanggungjawabnya sebagai agent of control dan agent of change di bangsa ini, landasan dalam menjadi agent of change dan angen of control adalah Pancasila yang merupakan dasar Negara Indonesia merdeka dan Filsafah bangsa. Tak  heran jika saya pun mulai meyaksikan adanya perubahan paradigma sebagian anak-anak muda saat ini khususnya diera kemajuan teknologi yang sangat bebas. Seharusnya kemajuan teknologi tidak berdampak negative jika pemuda yang  didalamnya telah memiliki pedoman yang kuat, katakanlah itu Pancasila. Namun kenyataan ini malah terbalik! saya menemukan begitu banyak kasus yang diperbuat atau dipelopori oleh anak muda itu sendiri.
Seharusnya tahun 1998 adalah kebangkitan pemuda dalam mengkawal bangsa ini mencapai suatu negara yang merdeka seutuhnya, sembari menyempurnakan hal-hal dasar seperti yang Bung karno katakan dalam pidato 1 Juni 1945 ‘Jembatan’ diseberang jembatan, jembatan emas, disinilah kita dengan leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang gagah,kuat,, sehat, kekal dan abadi. Namun lagi-lagi setelah 1998 pemuda kembali memblunder dengan kebebesan yang tidak terkontrol, mulailah terlihat pemuda-pemuda individualism, materialism dan sampai sekarang hedonism.
Dalam kondisi seperti ini pedoman Negara Indonesia sekaligus falsafah bangsa yakni Pancasila harus terus didengungkan ketelinga anak-anak muda. Kita melihat bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka dan banyak di antara negeri-negeri yang merdeka itu berdiri diatas ‘waltanschauung’. Hitler mendirikan Jermania di atas ‘national-sozialistische Weltanschauung’ falsafat nasional-sosialisme telah menjadi dasar negera Jermania yang didirikan oleh Adolf Hitler. Demikian juga lenin mendirikan Negara Sovyet di atas satu ‘Weltanschauung’ yaitu Marxistische, Historisch-Materialistiche Weltanschauung. Ibn Saud mendirikan Negara Saudi Arabia diatas satu ‘Weltanschauung’ bahkan diatas satu dasar agama, yaitu Islam.
Mendirikan Indonesia merdeka kita hendak mendirikan suatu Negara ‘semua  buat semua’ bukan buat satu orang, bukan buat satu golonngan, baik golongan bangsawan, maupun golonngan yang kaya. Maka Sukarno mengatakan dasar pertama yang baik dijadikan dasar buat Negara Indonesia ialah dasar kebangsaan yakni Kebangsaan Indonesia. Bukan berarti satu kebangsaan dalam arti yang sempit   tetapi satu nationale staat diatas kesatuan bumi Indonesia dari ujung Sumatra sampai Irian. Yang kedua kekeluargaan bangsa-bangsa ‘Internasionalisme’ atau perikemanusiaan. Internasionalisme dan bukan kosmopolitisme yang tidak mau akan adanya kebangsaan.  Internasionalisme akan hdup subur jika didalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak dapat hidup dalam taman sarinya internasionalisme. Jadi kedua hal ini sangatlah  erat satu sama lain. Yang ketiga Mufakat- atau demokrasi. Dengan cara mufakat kita perbaiki segala hal jaga keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan di dalam badan perwakilan rakyat. Yang keempat adalah Kesejahteraan Sosial. Didalam Indonesia merdeka tidak ada kemiskinan. Dan yang kelima adalah Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan hanya saja bangsa Indonesia bertuhan tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan, Tuhannya sendiri yang Kristen menyembah Tuhannya menurut petunjuk Isa Almasih dan begitu halnya dengan Kepercayaan yang lain. Marilah kita amalkan jalankan agama baik yang  Kristen maupun islam dan kkeyakinan lainnya dengan cara yang berkeadaban. Itulah yang sampai sekarang kita kenal dengan sebutan Pancasila. Sila artinya asas atau dasar diatas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia kekal dan abadi.
Maka sebagai generasi muda penerus bangsa, seyogyanya dalam bertuturkata bertingkahlaku dan bertindak hendaknya sesuai dan mencerminkan Pancasila sebagai dasar pedoman bermasyarakat yang baik dalam sebuah Negara yang merdeka.!.
Dengan begitu pemuda tidak mudah tergoyangkan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai agent of control dan agent of change di Indonesia. Juga tidak mudah dipolitisir hanya karena kepentingan sesaat dan golongan. Juga tidak akan menjadi penghancur keutuhan Negara yang berdaulat. Bersatu dan terus bersatu…Merdeka..!!! Merdeka!!! Merdeka!!!! (Meiniwan Halawa)


Share:

HOT TOPIC

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support