Seruan Pemuda-Pemudi Revolusioner Indonesia mengguncang dunia. |
BAHAYA INDUSTRIALISASI
MEMBUNUH KAUM PETANI..!!!
Dalam memperingati hari Tani
Nasional tahun 2016 masih saja dalam bingkai yang sama, jika dulu Bung Karno
sangat memperjuangkan nasib para petani yang melarat akibat dari penindasan,
penghispan penjajahan dimana para petani itu yang memiliki cangkul, memiliki
tanah, mereka bekerja namun mengapa bukan mereka yang menikmati hasilnya.
Disini dengan jelas Bung Karno menyaksikan bahwa telah terjadi penindasan
penghisapan atas manusia. Bung Karno kemudian mengajarkan cara perjuagan dan
azas yang menghilangkan tiap-tiap kapitalisme colonialisme dan imperialisme
tersebut yang kemudian kita kenal dengan sebutan Marhaenisme. Dalam bingkai
yang sama saya katakana diawal bahwa kaum petani kita masih melarat dan terjajah
dalam bingkai yang katanya Negara yang sudah Merdeka..! namun merdeka yang
seperti apa..?
Industrialisasi saya artikan proses
perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industry. Lahirnya
industrialisasi sekitar abad ke 18 dan awal abad ke 19 di Inggris dengan
memperkenalkan mesin uap. Perkembangan peralatan mesin logam produksi untuk
digunakan di industry. Perkembangan mesin bakar dan perkembangan pembangkit
tenaga listrik kemudian menyebar keseluruuh Eropa Barat dan Amerika Utara dan
mempengaruhi seluruh dunia. Sejarah ini kemudian kita kenal dengan istilah
“Revolusi Industri” diperkalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui
di pertengahan abad ke-19
Lalu
bagaimana dengan Indonesia…?
Menurut
saya Indonesia hanya menjadi sasaran pasar, eksploitasi alam dan eksploitasi
tenaga kerja murah bagi Negara-negara kapitalisme maju. Mengutip penyataan
Prof.Sigit Rochadi di Diskusi Publik 24 september 2016 lalu “Masalah Indonesia
diantaranya masih maraknya ketimpangan social, kemiskinan, pengangguran yang
masih terus menjadi masalah terbesar bagi Indonesia”. Saya juga merasakan masih
tingginya tingkat pengangguran di tanah
air ini yang katanya telah merdeka selama 71 tahun.?! Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS) Suryamin mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada Februari
2016 mencapai 7,02 juta orang atau 5,5 persen yang dimuat dalam surat kabar
Tempo.co,Jakarta. Belum lagi tingkat kemiskinan serta bertambah sulitnya kaum
marhaen berproduksi. Kita harus sadar bahwa cita-cita dasar Negara Republik
Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yakni untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, Bagaimana memajukan
kesejahteraan Rakyat jika kemiskinan, penganguran terus saja meningkat.?.
Salah
satu yang paling menyakitkan di tahun 2016 ini ialah Krisis Pangan di Negeri
Agraris. indonesia adalah Negara agraris …lalu kenapa harus krisis pangan? yang
kemudian pemerintah mengobati hal ini dengan meningkatkan impor pangan yang
tidak ada batasanya dari Thailand,Vietnam dan Pakistan yang dulu Negara ini
tidak ada apa-apanya dibanding dengan Negara Indonesia yang di pimpin oleh Bung
Karno. Sebagai Negara yang lebih dulu merdeka kita sangat malu…sudah tidak
memiliki lagi budaya malu. Berdasarkan data impor Badan Pusat statistic (BPS) Januari-Agustus
2015 yang dikutip detikfinance, Jumat (25/9/2015) Indonesia juta tercatat masih
banyak impor pangan berikut daftarnya:
·
Beras 225.029 juta ton
·
Jagung 23 juta ton
·
Kedelai 1,52 juta ton
·
Biji gandum dan meslin 4,5 juta ton
·
Tepung terigu 61.178 ton
·
Gula pasir 46.298 ton
·
Gula Tebu 1.98 juta ton
·
Garam 1.04 juta ton
Sangat
mengerikan dan menyedihkan…Bp. Presiden Jokowi Widodo yang terhormat saya masih
ingat betul janji anda sebelum menjadi Presiden bahwa akan memperjuangkan
kepentingan Rakyat, lalu kenapa Anda sekarang menjadi “ROBOT” yang tidak berfikir lagi dan melupakan sejarah bahwa
Indonesia Negara Agraris pernah menduduki masa keemasaan swasembada pangan.
Kaum marhaen
atau petani adalah benteng pertahanan Negara, yang harus diberdayakan secara
layaknya dan tidak diarahkan kepada industrialisasi seperti hasil percakapan
saya dengan mahasiswa-I universitas Unika dalam diskusi public yag
diselenggarakan oleh Yayasan Aku dan Sukarno dengan Thema “Peran Pemuda,
Masyarakat, dan Pemerintah dalam Mewujudkan Reforma Agraria Sejati” yang mana
ditempat mereka (krawang) dengan rinci dijelaskan bahwa kaum petani tercekik
lahannya dirampas, para petani tidak diberdayakan dengan memberi bantuan
sehingga tidak ada pilihan untuk bertahan hidup serta dengan sengaja kaum
petani diarahkan kepada industry menjadi buruh. Tak sedikit juga kita melihat
contoh kasus seperti Salim Kancil seorang warga Negara Indonesia yang terbunuh
tewas akibat penolokan aktivitas tambang
pasir di Desa Selok Awar-Awar. Sebagaimana diungkap Catatan Akhir Tahun 2015
Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), tercatat setidaknya 252 konflik agraria
dengan luasan 400.430 hektar yang melibatkan 108.714 keluarga di tahun
2015.Bahkan kalau dilihat lebih luas, dari tahun 2004 hingga 2015 ada 1.772 konflik
agraria yang berlangsung pada besaran wilayah 6.942.381 hektar dengan
melibatkan 1.085.817 keluarga sebagai korbannya. Secara khusus, masyarakat adat
juga menderita penindasan akibat perampasan tanah demi proyek-proyek
neoliberal.
Dengan terang-terangan bahwa penjajahan di tanah
Ibu Pertiwi masih berlangsung, Negara kita belum merdeka dan ketentuan
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dalam hal ini menjelaskan bahwa pemerintah sebagai
kepala Negara penguasa tanah yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia untuk
mewujudkan kemakmuran Rakyat,,sekali lagi Kemakmuran Rakyat. Dengan
permasalahan yang saya jelaskan diatas implementasi dari pemerintah sangat
lemah.
Dari diskusi
Publik tanggal 24 september 2016 kami meminta kepada Pemerintahan Bp.Jokowi
Widodo untuk Segera:
1. Wujudkan
kemakmuran Rakyat seperti yang tertuang dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
2. Wujudkan
segera konsep Land Reform dengan menjalankan distribusi “Tanah” yang menjadi
milik rakyat sebagaimana tertulis dalam UUPA
3. Hentikan
berpihak kepada investor/pengusaha yang ingin menguasai Tanah Rakyat Indonesia
4. Beri
modal usaha, penyuluhan, dan pendidikan kepada para petani sehingga mampu
berdikari dalam ekonomi mikro dan makro
5. Hentikan
ketergantungan impor pangan.
Industrialisasi membunuh kaum
petani, menghancurkan tatanan budaya Indonesia yakni gotong royong.
Industrialisasi yang tidak “terkontrol” membunuh rakyat Indonesia sehingga
tidak berdaulat dalam berpolitik. Impor pangan yang tidak dibatasi bukan obat
namun racun yang akan membunuh secara perlahan. Kepada Bp.Jokowi Widodo jika
tidak mampu mengelola Pangan Indonesia dan memberdayakan kaum petani dalam
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran Rakyat Indonesia, Maka serahkanlah
bagian itu kepada kaum Pemikir Pejuang-Pejuang Pemikir.!!!
0 komentar:
Posting Komentar