Diskusi 29 October 2016, di Yayasan Aku Dan Sukarno |
Menyambut Hari
Sumpah Pemuda tentunya sangat erat dengan semangat juang Pemuda, tak heran kita
menjumpai begitu banyak kegiatan dalam memperngati hal tersebut. Artinya
secercah semangat itu masih dimiliki oleh anak-anak muda, Sukarno pernah
mengingatkan kita bahwa ‘Berikan aku 10 anak muda maka akan kuguncang dunia dan
berikan aku 1000 orang tua akan kucabut semeru dari akarnya’. begitu dasyatnya
seorang pemuda atau pemudi yang tahu akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
generasi penerus bangsa, mengetahui hakikat seutuhnya dari seorang pemuda, yang
mungkin dapat dilihat ataupun ditemukan dalam diri seorang Sukarno muda.
Dalam zaman
sekarang kecanggihan teknologi dan kemajuan peradaban kian hari kian tidak
menentu arahnya, sebagian pemuda juga mulai melupakan tanggungjawabnya sebagai agent of control dan agent of change di bangsa ini, landasan
dalam menjadi agent of change dan angen of control adalah Pancasila yang
merupakan dasar Negara Indonesia merdeka dan Filsafah bangsa. Tak heran jika saya pun mulai meyaksikan adanya
perubahan paradigma sebagian anak-anak muda saat ini khususnya diera kemajuan
teknologi yang sangat bebas. Seharusnya kemajuan teknologi tidak berdampak negative jika pemuda yang didalamnya telah memiliki pedoman yang kuat,
katakanlah itu Pancasila. Namun kenyataan ini malah terbalik! saya menemukan
begitu banyak kasus yang diperbuat atau dipelopori oleh anak muda itu sendiri.
Seharusnya
tahun 1998 adalah kebangkitan pemuda dalam mengkawal bangsa ini mencapai suatu
negara yang merdeka seutuhnya, sembari menyempurnakan hal-hal dasar seperti
yang Bung karno katakan dalam pidato 1 Juni 1945 ‘Jembatan’ diseberang
jembatan, jembatan emas, disinilah kita dengan leluasa menyusun masyarakat
Indonesia Merdeka yang gagah,kuat,, sehat, kekal dan abadi. Namun lagi-lagi setelah
1998 pemuda kembali memblunder dengan kebebesan yang tidak terkontrol, mulailah
terlihat pemuda-pemuda individualism,
materialism dan sampai sekarang hedonism.
Dalam kondisi
seperti ini pedoman Negara Indonesia sekaligus falsafah bangsa yakni Pancasila
harus terus didengungkan ketelinga anak-anak muda. Kita melihat bahwa banyak
negeri-negeri yang merdeka dan banyak di antara negeri-negeri yang merdeka itu
berdiri diatas ‘waltanschauung’. Hitler mendirikan Jermania di atas
‘national-sozialistische Weltanschauung’ falsafat nasional-sosialisme telah
menjadi dasar negera Jermania yang didirikan oleh Adolf Hitler. Demikian juga
lenin mendirikan Negara Sovyet di atas satu ‘Weltanschauung’ yaitu Marxistische,
Historisch-Materialistiche Weltanschauung. Ibn Saud mendirikan Negara Saudi
Arabia diatas satu ‘Weltanschauung’ bahkan diatas satu dasar agama, yaitu
Islam.
Mendirikan
Indonesia merdeka kita hendak mendirikan suatu Negara ‘semua buat semua’ bukan buat satu orang, bukan buat
satu golonngan, baik golongan bangsawan, maupun golonngan yang kaya. Maka
Sukarno mengatakan dasar pertama yang
baik dijadikan dasar buat Negara Indonesia ialah dasar kebangsaan yakni Kebangsaan Indonesia. Bukan berarti satu
kebangsaan dalam arti yang sempit
tetapi satu nationale staat diatas kesatuan bumi Indonesia dari ujung
Sumatra sampai Irian. Yang kedua kekeluargaan
bangsa-bangsa ‘Internasionalisme’ atau perikemanusiaan. Internasionalisme dan
bukan kosmopolitisme yang tidak mau akan adanya kebangsaan. Internasionalisme akan hdup subur jika
didalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak
dapat hidup dalam taman sarinya internasionalisme. Jadi kedua hal ini
sangatlah erat satu sama lain. Yang ketiga Mufakat- atau demokrasi. Dengan cara mufakat kita perbaiki segala
hal jaga keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan
di dalam badan perwakilan rakyat. Yang
keempat adalah Kesejahteraan Sosial.
Didalam Indonesia merdeka tidak ada kemiskinan. Dan yang kelima adalah Bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan hanya saja bangsa Indonesia bertuhan tetapi
masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan, Tuhannya sendiri yang Kristen
menyembah Tuhannya menurut petunjuk Isa Almasih dan begitu halnya dengan
Kepercayaan yang lain. Marilah kita amalkan jalankan agama baik yang Kristen maupun islam dan kkeyakinan lainnya
dengan cara yang berkeadaban. Itulah yang sampai sekarang kita kenal dengan
sebutan Pancasila. Sila artinya asas atau dasar diatas kelima dasar itulah kita
mendirikan Negara Indonesia kekal dan abadi.
Maka sebagai
generasi muda penerus bangsa, seyogyanya dalam bertuturkata bertingkahlaku dan
bertindak hendaknya sesuai dan mencerminkan Pancasila sebagai dasar pedoman
bermasyarakat yang baik dalam sebuah Negara yang merdeka.!.
Dengan begitu
pemuda tidak mudah tergoyangkan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
sebagai agent of control dan agent of change di Indonesia. Juga tidak mudah
dipolitisir hanya karena kepentingan sesaat dan golongan. Juga tidak akan
menjadi penghancur keutuhan Negara yang berdaulat. Bersatu dan terus bersatu…Merdeka..!!!
Merdeka!!! Merdeka!!!! ( Meiniwan Halawa)
0 komentar:
Posting Komentar