SOEKARNO BUKAN KOMUNIS
(Marhaenisme, Sosialisme, dan Komunisme)
Diskusi malam itu memacu semangat saya menuliskan mengenai idelogy
Soekarno (Marhaenisme, Sosialisme, dan Komunisme), sebab masih ada dari kalangan
teman-teman mahasiswa yang kadang-kadang terbalik mengartikan pemikiran
Soekarno ini, bahkan masih ada yang mengatakan Soekarno Komunis dan sebagainya.
Semoga penjelasan singkat saya ini akan membantu, sebab saya juga masih banyak
belajar, hehehehe
Soekarno telah memiliki suatu konsep ideology politik yang disebut
dengan sosionasionalisme. Dalam suratnya “fikiran Ra’jat” tahun 1992,
yaitu nasionalisme masyarakat yang timbul dari keadaan-keadaan yang
nyata dari masyarakat. Jadi nasionalisme yang dimaksud bukan
nasionalisme “ngalamun”, bukan nasionalisme “kemenyan” bukanlah nasionalisme
“melayang” tetapi nasionalisme yang dengan kedua kakinya berdiri
didalam masyarakat. Betul bahwa tidak dipungkiri Soekarno mengilhami
ideology tersebut dari Karl Marx dan Lenin dengan memberi warna baru, perbedaan
sosio nasionalisme dengan sosialisme terletak pada basis massanya, dimana
sosialisme berbasiskan kaum buruh, sedangkan sosio nasionalisme
berbasiskan kaum tani, hal ini dikarenakan pada masaa itu masyarakat Indonesia
mayoritas agraris. Dimana pemikiran marx dan lenin telah direvisi oleh Soekarno
secara umum. Dimana eksistensi kaum buruh (proletar) dalam teori marx dan lenin
kemudian tergantikan dengan kaum tani (sebagai kaum marhaen) sebagai bassis
kekuatan konsep sosio-nasionalisme Soerkano.
Disini bukan perbedaan faham antara marhaen dan proletar, bahwa:
marhaen bukanlah kaum proletar saja, tetapi ialah kaum proletar dan kaum tani
serta kaum melarat Indonesia lainnya. Didalam perjuangan bersama dari ketiga
tadi kaum proletarlah yang mengambil bagian paling besar. Sebab kaum
proletarlah yang kini lebih hidup didalam ideology modern, kaum proletarlah
yang dipakai sebagai kalssen lebih langsung terkenai oleh kaplitalisme, kaum
proletarlah yang lebih mengerti akan segala-galanya kemodrenan sosio
nasionalisme dan sosio demokrasi.
Sangatlah kurang benar ketika Soekarno dikatakan penganut komunis,
hanya memang benar bahwa Soekarno telah melakukan revisi pemikiran dari Marx
dan lenin, selain itu terdapat perbedaan mencolok antara faham komunisme dengan
faham sosialisme, dimana didalam komunis berfikir dalam rangka kelas dan
pertentangan kelas, maka sosialisme berfikir dalam kerangka mayoritas dalam
parlemen.
Marhaenisme, Sosialisme, dan Komunisme
Pemikiran Soekarno berangkat dari satu point central yakni
kebenciannya terhadap kapitalisme, imperialisme, kolonialisme, namun ia lebih
toleransi kepada musuh-musuhnya kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme,
dalam rangka memerangi itu Soekarno mencoba menggabungkan tiga aras piker
ideologis utama yang berkembang pada waktu itu yakni islam, nasionalisme dan
komunisme, konsep tersebut dikenal dengan sebutan Nasakom. Tiga aras pemikirannya ini disebabkan
atas kedekatannya terhadap H.O.S tjokroaminoto seorang tokoh syariat islam
Surabaya, semangat anti kolonialisme yang melahirkan semangat nasionalisme,
serta kekagumannya terhadap teori perubahan yang ditawarkan lenin dan marx.
Kondisi pada saat itu jelas bahwa ideology komunisme merupakan
ideology kekuatan dunia dalam mendobrak belenggu aristokrasi dan merupakan
lawan paling ampuh dalam menumbangkan regim kapitalisme dunia. Dengan melihat
revolusi Bolshevik 1917 di rusia, yang mengantarkan kemenangan kaum Bolshevik
dibawah pemimpinan Vladimir illich lenin, telah mengilhami Soekarno bahwa
persatuan masyarakat terutama rakyat melarat merupakan senjata paling utama
untuk melawan segala macam regim yang menindas hak-hak rakyat. Termasuk
regim kolonialisme dan imperialism benlanda.
Keberhasilan revolusi Bolshevik pada tanggal 1 oktober 1917 dirusia
para penganut marxisme diseluruh duni menyuarakan agar keberhasilan tersebut
dapat diikuti revolusi dunia. Lenin menyuarakan bahwa untuk tercapainya
revolusi dunia hendaknya didirikan partai komunisme ditiap negara. Seruan lenin
ini makin memperparah SI ditanah air terlihat dengan kongres Nasional VI SI
bulan Oktober 1921 disurabaya. Faksi komunis yang dipimpin oleh Tan Malaka dan
Semaon berusaha mengendalikan dan menguasai jalannya konggres, tetapi usaha
mereka ini ditentang oleh salah seorang tokoh SI yaitu, H. Agus Salim menjawab
semua argument Tan Malaka dan Semaoen dengan mengatakan bahwa nabi Muhammad SAW
sudah mengajarkan sosialisme sejak seribu dua ratus tahun yang lalu (Anonimus
1994:hal 7-11). Sejak itulah muncul embrio partai komunis Indonesia.
Pada bagian tulisan Soerkarno juga menyoroti apa yang terjadi
didalam tubuh SI secara eksplisit. Menurutnya, pergerakan berhaluan
nasionalisme, mengingkari pergerakan marxisme di Indonesia ini mengingkari
sifat pergerakan yang berasaskan islam. Kaum marxis ini rupanya ditujukan
kepada Tan malaka dan Semaoen, yang dianggapnya sebagai telah memulai
pertengkaran terhadap sesama kawan, yang secara politis menurut Soekarno sebagi
upaya untuk mengubur rasa cinta tanah air, nasionalisme dan paham keagamaan,
berdasarkan keadaan ini Soekarno mencoba memberi tawaran alternative baru bagi
wadah pergerakan Perjuangan Nasional Indonesia. Pada tanggal 4 juli1927 Soekarno
mendirikan partai Nasional Indonesia (PNI) yang diproyeksi sebagai sarana untuk
mewujudkan kemerdekaan Indonesia, dengan alasan-alasan sebagai berikut: pertama
karena pada saat itu dalam pengambilan kekuasaan dibidang kenegaraan atau
pemerintah hanya dapat dilakukan melalui sarana partai politik. Kedua: istilah
nasional berasal dari kata nation yang berarti secara umum bangsa bernegara
berbangsa dalam pengertin ikatan kenegaraan yang demikian ini untuk
membedakannya dengan pengertian bangsa dalam ikatan atau pertalian keturunan.
Ketiga: istilah Indonesia untuk menunjukkan kepada gugusan kepulauan yang
terletak di timur india, yang berhubungan dengan istilah Indonesia yang
diciptakan oleh seorang ilmuan jermanAldoft Bastian.
Karena PNI ini diduga akan melakukan pemberontakkan pada awal tahun
1930, maka pada tanggal 24 Desember 1929 Soekarno, Soeprianinata, Gatot mangkupraja
dan Maskun dicuduk oleh aparat pemerintah kolonial belanda. Soekarno dijatuhkan
4 tahun penjara, namun kerena mendapat keringan pada bulan desember 1931 ia
sudah dibebaskan. Dalam pidato pembelaannya yang diberi judul “Indonesia
menggugat” yang dibacakan didepan hakim kolonial bandung, dimana Soekarno
menyebutkan keyakinan bahwa syarat yang amat penting untuk perbaikan kembali
semua susunan pergaulan hidup Indonesia itu ialah kemerdekaan nasional. Oleh
karena itu semua usaha bangsa Indonesia ditujukan kearah kemerdekaan nasional itu.
Namun hal itu berlainan dengan partai yang lain, yang mengatakan perbaiki dulu
rumah tangga nanti kemerdekaan itu akan datang sendiri, sedangkan PNI
menegaskan petingnya kemerdekaan nasional untuk diusahakan terlebih dahulu,
sebab baru dengan kemerdekaan nasional itulah rakyat akan bisa memperbaiki
rumah tangganya dengan tidak terganggu yakni dengan sesempurna-purnanya.
Perbedaan sikap politik ini berdampak dalam tubuh PNI kemudian pecah menjadi
dua. Mr. sartono kemudian mendirikan partai Indonesia (Partindo) sedangkan yang
tidak setuju dengan Mr sartono mendirikan pendidikan nasional Indonesia yang
dikenal dengan PNI baru yang dipelopori oleh sutan syahrir. Mr. sartono
menyerahkan tumpuk pimpinan PARTINDO kepada Soerkarno, sedangkan Sutan
syhahrir mengangkat Drs. Moh. Hatta sebagai ketua PNI baru.
Pada masa partindo inilah istilah marhaenisme mulai mendapatkan
tempat luas, dimana mulai mendapatkan konferensinya tahun 1933 dikota mataram,
patindo telah mengambil keputusan tentang marhaen dan marhaenisme yang isinya
adalah sebagi berikut:
- Marhaenisme, yaitu sosio nasionalisme dan sosio demokrasi
- Marhaen, yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum melarat Indonesia lainnya.
- Partindo memakai perkataan marhaen dan bukan proletar, oleh karena perkataan proletar sudah termaksud didalam perkatan marhaen, dan oleh karena perkataan proletar itu bisa juga diartikan bahwa kaum tani dan lainnya kaum melarat tidak termaksud didalamnya
- Karena partindo berkeyakinan, bahwa didalam perjuangan kaum melarat Indonesia lainnya yang harus menjadi elemennya, maka partindo memakai perkataan marhaen itu
- Didalam perjuangan marhaen itu maka partindo berkeyakinan, bahwa kaum proletar mengambil bagian yang besar sekali
- Marhaenisme adalah azaz yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan negeri yang didalamnya segala halnya menyelamatkan marhaen
- Marhaenisme adalah pula cara perjuangan untuk mencapai susunan masyarakat dan susunan negeri yang demikian itu, yang oleh karenanya ada cara perjuangan yang revolusioner
- Jadi merhaenisme adalah: cara perjuangan dan azaz yang menghendaki hilangnya tiap-tiap kapitalisme dan imperialisme
- Marhaenisme adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia, yang menjalankan marhaenisme.
Disini terlihat adanya kesaaman dan perbedaan antara konsep
komunisme dan marhaenisme. Kesamaanya terletak pada perumusan terhadap apa yang
disebut sebagai kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme. Keduanya sama-sama
melihat arti penting kaum marginal dan metode perlawanannya. Keduanya memiliki
sifat popolis yang lebih mengedepankan aspek kebersamaan.
Sementara
itu perbedaan antara komunisme dan marhaenisme ialah, komunis menandakan suatu
tipe masyarakat dimana kekayaan diserahkan kepada komunitas,dan tiap-tiap warga
masyarakat bekerja untuk kebaikan bersama menurut kemampuannya dan diberi upah
sesuai kebutuhannya. Banyak komunitas kecil komunis dimasa lalu mendapat ilham
dari prinsip2 keagamaan, seperti yang bisa kita lihat di amerika latin dengan
teologi pembebasannya. Einstain secara tegas membedakan pola perjuangan
komunisme dengan sosialisme. Kumunisme cendrung menggunakan cara-cara radikal
revolusioner dengan jalan memelihara dan melakukan suatu management konflik
semaksimal mungkin, komunisme kemudian memberi arti penting pada istilah
kontradiksi kelas dan konfrontasi. Sedangkan sosialisme cendrung mencoba jalan
“damai” melalui saluran konstitusioanal dalam parlemen. Cara-ara inilah yang
dipakai dalam ideology sosialisme yang coba diterapkan Soekarno dalam rangka
merebut kemerdekaan Indonesia. (Meiniwan Halawa)
0 komentar:
Posting Komentar