Berpikir Kedepan Tapi JASMERAH

Senin, 21 November 2016

SOEKARNO BUKAN KOMUNIS

SOEKARNO BUKAN KOMUNIS
 (Marhaenisme, Sosialisme, dan Komunisme)
 
Soekarno Untuk Rakyat Indonesia, YADS 
Diskusi malam itu memacu semangat saya menuliskan mengenai idelogy Soekarno (Marhaenisme, Sosialisme, dan Komunisme), sebab masih ada dari kalangan teman-teman mahasiswa yang kadang-kadang terbalik mengartikan pemikiran Soekarno ini, bahkan masih ada yang mengatakan Soekarno Komunis dan sebagainya. Semoga penjelasan singkat saya ini akan membantu, sebab saya juga masih banyak belajar, hehehehe
Soekarno telah memiliki suatu konsep ideology politik yang disebut dengan  sosionasionalisme. Dalam suratnya “fikiran Ra’jat” tahun 1992, yaitu nasionalisme masyarakat yang timbul dari keadaan-keadaan yang nyata dari masyarakat. Jadi nasionalisme yang dimaksud bukan nasionalisme “ngalamun”, bukan nasionalisme “kemenyan” bukanlah nasionalisme “melayang” tetapi nasionalisme yang dengan kedua kakinya berdiri didalam masyarakat. Betul bahwa tidak dipungkiri Soekarno mengilhami ideology tersebut dari Karl Marx dan Lenin dengan memberi warna baru, perbedaan sosio nasionalisme dengan sosialisme terletak pada basis massanya, dimana sosialisme berbasiskan kaum buruh, sedangkan sosio nasionalisme  berbasiskan kaum tani, hal ini dikarenakan pada masaa itu masyarakat Indonesia mayoritas agraris. Dimana pemikiran marx dan lenin telah direvisi oleh Soekarno secara umum. Dimana eksistensi kaum buruh (proletar) dalam teori marx dan lenin kemudian tergantikan dengan kaum tani (sebagai kaum marhaen) sebagai bassis kekuatan konsep sosio-nasionalisme Soerkano.
Disini bukan perbedaan faham antara marhaen dan proletar, bahwa: marhaen bukanlah kaum proletar saja, tetapi ialah kaum proletar dan kaum tani serta kaum melarat Indonesia lainnya. Didalam perjuangan bersama dari ketiga tadi kaum proletarlah yang mengambil bagian paling besar. Sebab kaum proletarlah yang kini lebih hidup didalam ideology modern, kaum proletarlah yang dipakai sebagai kalssen lebih langsung terkenai oleh kaplitalisme, kaum proletarlah yang lebih mengerti akan segala-galanya kemodrenan sosio nasionalisme dan sosio demokrasi. 
Sangatlah kurang benar ketika Soekarno dikatakan penganut komunis, hanya memang benar bahwa Soekarno telah melakukan revisi pemikiran dari Marx dan lenin, selain itu terdapat perbedaan mencolok antara faham komunisme dengan faham sosialisme, dimana didalam komunis berfikir dalam rangka kelas dan pertentangan kelas, maka sosialisme berfikir dalam kerangka mayoritas dalam parlemen. 

Marhaenisme, Sosialisme, dan Komunisme

Pemikiran Soekarno berangkat dari satu point central yakni kebenciannya terhadap kapitalisme, imperialisme, kolonialisme, namun ia lebih toleransi kepada musuh-musuhnya kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme, dalam rangka memerangi itu Soekarno mencoba menggabungkan tiga aras piker ideologis utama yang berkembang pada waktu itu yakni islam, nasionalisme dan komunisme, konsep tersebut dikenal dengan sebutan Nasakom. Tiga aras pemikirannya ini disebabkan atas kedekatannya terhadap H.O.S tjokroaminoto seorang tokoh syariat islam Surabaya, semangat anti kolonialisme yang melahirkan semangat nasionalisme, serta kekagumannya terhadap teori perubahan yang ditawarkan lenin dan marx.
Kondisi pada saat itu jelas bahwa ideology komunisme merupakan ideology kekuatan dunia dalam mendobrak belenggu aristokrasi dan merupakan lawan paling ampuh dalam menumbangkan regim kapitalisme dunia. Dengan melihat revolusi Bolshevik 1917 di rusia, yang mengantarkan kemenangan kaum Bolshevik dibawah pemimpinan Vladimir illich lenin, telah mengilhami Soekarno bahwa persatuan masyarakat terutama rakyat melarat merupakan senjata paling utama untuk melawan segala macam regim yang menindas hak-hak rakyat.  Termasuk regim kolonialisme dan imperialism benlanda.
Keberhasilan revolusi Bolshevik pada tanggal 1 oktober 1917 dirusia para penganut marxisme diseluruh duni menyuarakan agar keberhasilan tersebut dapat diikuti revolusi dunia. Lenin menyuarakan bahwa untuk tercapainya revolusi dunia hendaknya didirikan partai komunisme ditiap negara. Seruan lenin ini makin memperparah SI ditanah air terlihat dengan kongres Nasional VI SI bulan Oktober 1921 disurabaya. Faksi komunis yang dipimpin oleh Tan Malaka dan Semaon berusaha mengendalikan dan menguasai jalannya konggres, tetapi usaha mereka ini ditentang oleh salah seorang tokoh SI yaitu, H. Agus Salim menjawab semua argument Tan Malaka dan Semaoen dengan mengatakan bahwa nabi Muhammad SAW sudah mengajarkan sosialisme sejak seribu dua ratus tahun yang lalu (Anonimus 1994:hal 7-11). Sejak itulah muncul embrio partai komunis Indonesia.
Pada bagian tulisan Soerkarno juga menyoroti apa yang terjadi didalam tubuh SI secara eksplisit. Menurutnya, pergerakan berhaluan nasionalisme, mengingkari pergerakan marxisme di Indonesia ini mengingkari sifat pergerakan yang berasaskan islam. Kaum marxis ini rupanya ditujukan kepada Tan malaka dan Semaoen, yang dianggapnya sebagai telah memulai pertengkaran terhadap sesama kawan, yang secara politis menurut Soekarno sebagi upaya untuk mengubur rasa cinta tanah air, nasionalisme dan paham keagamaan, berdasarkan keadaan ini Soekarno mencoba memberi tawaran alternative baru bagi wadah pergerakan Perjuangan Nasional Indonesia. Pada tanggal 4 juli1927 Soekarno mendirikan partai Nasional Indonesia (PNI) yang diproyeksi sebagai sarana untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, dengan alasan-alasan sebagai berikut: pertama karena pada saat itu dalam pengambilan kekuasaan dibidang kenegaraan atau pemerintah hanya dapat dilakukan melalui sarana partai politik. Kedua: istilah nasional berasal dari kata nation yang berarti secara umum bangsa bernegara berbangsa dalam pengertin ikatan kenegaraan yang demikian ini untuk membedakannya dengan pengertian bangsa dalam ikatan atau pertalian keturunan. Ketiga: istilah Indonesia untuk menunjukkan kepada gugusan kepulauan yang terletak di timur india, yang berhubungan dengan istilah Indonesia yang diciptakan oleh seorang ilmuan jermanAldoft Bastian. 
Karena PNI ini diduga akan melakukan pemberontakkan pada awal tahun 1930, maka pada tanggal 24 Desember 1929 Soekarno, Soeprianinata, Gatot mangkupraja dan Maskun dicuduk oleh aparat pemerintah kolonial belanda. Soekarno dijatuhkan 4 tahun penjara, namun kerena mendapat keringan pada bulan desember 1931 ia sudah dibebaskan. Dalam pidato pembelaannya yang diberi judul “Indonesia menggugat” yang dibacakan didepan hakim kolonial bandung, dimana Soekarno menyebutkan keyakinan bahwa syarat yang amat penting untuk perbaikan kembali semua susunan pergaulan hidup Indonesia itu ialah kemerdekaan nasional. Oleh karena itu semua usaha bangsa Indonesia ditujukan kearah kemerdekaan nasional itu. Namun hal itu berlainan dengan partai yang lain, yang mengatakan perbaiki dulu rumah tangga nanti kemerdekaan itu akan datang sendiri, sedangkan PNI menegaskan petingnya kemerdekaan nasional untuk diusahakan terlebih dahulu, sebab baru dengan kemerdekaan nasional itulah rakyat akan bisa memperbaiki rumah tangganya dengan tidak terganggu yakni dengan sesempurna-purnanya.  Perbedaan sikap politik ini berdampak dalam tubuh PNI kemudian pecah menjadi dua. Mr. sartono kemudian mendirikan partai Indonesia (Partindo) sedangkan yang tidak setuju dengan Mr sartono mendirikan pendidikan nasional Indonesia yang dikenal dengan PNI baru yang dipelopori oleh sutan syahrir. Mr. sartono menyerahkan tumpuk pimpinan PARTINDO kepada  Soerkarno, sedangkan Sutan syhahrir mengangkat Drs. Moh. Hatta sebagai ketua PNI baru.
Pada masa partindo inilah istilah marhaenisme mulai mendapatkan tempat luas, dimana mulai mendapatkan konferensinya tahun 1933 dikota mataram, patindo telah mengambil keputusan tentang marhaen dan marhaenisme yang isinya adalah sebagi berikut:
  1. Marhaenisme, yaitu sosio nasionalisme dan sosio demokrasi
  2. Marhaen, yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum melarat Indonesia lainnya.
  3. Partindo memakai perkataan marhaen dan bukan proletar, oleh karena perkataan proletar sudah termaksud didalam perkatan marhaen, dan oleh karena perkataan proletar itu bisa juga diartikan bahwa kaum tani dan lainnya kaum melarat tidak termaksud didalamnya
  4. Karena partindo berkeyakinan, bahwa didalam perjuangan kaum melarat Indonesia lainnya yang harus menjadi elemennya, maka partindo memakai perkataan marhaen itu
  5. Didalam perjuangan marhaen itu maka partindo berkeyakinan, bahwa kaum proletar mengambil bagian yang besar sekali
  6. Marhaenisme adalah azaz yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan negeri yang didalamnya segala halnya menyelamatkan marhaen
  7. Marhaenisme adalah pula cara perjuangan untuk mencapai susunan masyarakat dan susunan negeri yang demikian itu, yang oleh karenanya ada cara perjuangan yang revolusioner
  8. Jadi merhaenisme adalah: cara perjuangan dan azaz yang menghendaki hilangnya tiap-tiap kapitalisme dan imperialisme
  9. Marhaenisme adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia, yang menjalankan marhaenisme.
Disini terlihat adanya kesaaman dan perbedaan antara konsep komunisme dan marhaenisme. Kesamaanya terletak pada perumusan terhadap apa yang disebut sebagai kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme. Keduanya sama-sama melihat arti penting kaum marginal dan metode perlawanannya. Keduanya memiliki sifat popolis yang lebih mengedepankan aspek kebersamaan.  
Sementara itu perbedaan antara komunisme dan marhaenisme ialah, komunis menandakan suatu tipe masyarakat dimana kekayaan diserahkan kepada komunitas,dan tiap-tiap warga masyarakat bekerja untuk kebaikan bersama menurut kemampuannya dan diberi upah sesuai kebutuhannya. Banyak komunitas kecil komunis dimasa lalu mendapat ilham dari prinsip2 keagamaan, seperti yang bisa kita lihat di amerika latin dengan teologi pembebasannya. Einstain secara tegas membedakan pola perjuangan komunisme dengan sosialisme. Kumunisme cendrung menggunakan cara-cara radikal revolusioner dengan jalan memelihara dan melakukan suatu management konflik semaksimal mungkin, komunisme kemudian memberi arti penting pada istilah kontradiksi kelas dan konfrontasi. Sedangkan sosialisme cendrung mencoba jalan “damai” melalui saluran konstitusioanal dalam parlemen. Cara-ara inilah yang dipakai dalam ideology sosialisme yang coba diterapkan Soekarno dalam rangka merebut kemerdekaan Indonesia. (Meiniwan Halawa)


Share:

0 komentar:

HOT TOPIC

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support