Berpikir Kedepan Tapi JASMERAH

  • Sekilas Saja

    Hidup adalah tujuan untuk Mengikuti Kristus.Bekerja bagiku adalah Hobi.Belajar adalah suatau kesenangan.,

  • SIAPA IDOLA-Mu..?

    Sering sekali kalimat ini dilontarkan oleh para motivator diluar sana kemudian banyak tanggapan bermunculan mulailah keluar nama-nama artis,

  • Hakikat Pemuda dalam Menyikapi Isu SARA di DKI Jakarta.

    Bulan oktober 2016 menjadi saksi kejadian yang membuat heboh seluruh jagat raya dan terkhusus masyarakat DKI Jakarta.

  • Yayasan Aku Dan Sukarno

    YADS adalah wadah bagi para insan sukarnois, pemerhati Sukarno, pengkaji ajaran Sukarno, para penapak-jejak sejarah Sukarno yang ingin berkarya dan belajar dari para pendiri Bangsa seperti Sukarno.

  • Tips “Fashion” yang Wajib Diketahui Semua Wanita

    wanita adalah seorang yang paling peduli dengan pakaian yang hendak digunakan alam berbagai kegiatan, kekantor hangout bareng teman, pesta atau kegiatan resmi lainnya

Selasa, 17 Oktober 2017

PIDATO SONTOLOYO ANIES BASWEDAN

Anies berpidato di Balai Kota DKI. (Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom
Anies berpidato di Balai Kota DKI.
 (Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom)
PIDATO SONTOLOYO ANIES BASWEDAN

Anies Baswedan usai sertijab tanggal 16 OKTOBER 2017 menyampaikan pidato politik pertamanya di depan Balai Kota, disaksikan oleh warga DKI yang datang menyambut gubernur baru DKI Jakarta 2017-2022 ini.
Adapun isi pidato Anies yang dikutip oleh detik.com 16 0ktober 2016 “Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik telor, ayam singerimi. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami. Kita yang bekerja keras untuk merebut kemerdekaan. Kita yang bekerja keras untuk mengusir kolonialisme. Kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di ibu kota ini. Dan kita menginginkan Jakarta bisa menjadi layaknya sebuah arena aplikasi Pancasila”.

Dalam pidato Anis tersebut menurut saya tidaklah pantas memaknai pribumi dalam arti sempit seperti itu. Siapakah pribumi,? siapakah kolonial.?
Saya melihat dalam kontek pidato tersebut anies mencoba memberi batas-batas warganya. “kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri”.. pertanyaan selanjutnya apakah pemimpin sebelumnya adalah bukan tuan rumah di negeri sendiri..? apakah pemimpin sebelumnya bukanlah pribumi, atau mungkin pemimpin sebelumnya adalah kolonial?. Dalam konteks pidato Anies mencoba memberi pemahaman kepada warga bahwa : pemimpin sebelumnya adalah berasal dari kolonial dan bukan bagian dari pribumi yang menjajah warga DKI saat itu, sehingga muncullah Anies sebagai sosok pribumi yang mengusir kolonialisme di DKI.?

Seorang gubernur adalah sosok yang menjadi panutan kepada semua element masyarakat, tidak megkotak-kotakkan warganya, tidak memecah belah kesatuan warga dengan kepercayaan dan kesukuan. Lalu Siapa kah pribumi yang dimaksud dalam kontek pidato tersebut apakah mereka jawa, apakah mereka batak, apakah mereka china. Lalu siapakah kolonial yang dimaksud dalam konteks pidatonya: apakah mereka china, apakah mereka jawa, apakah mereka arab yang sedang mempimpin DKI sekarang atau sebelumnya.? pertanyaan-pertanyaan ini muncul akibat dari pidato sontoloyo tersebut.

Makna pribumi menurut Ir.Soekarno saat itu adalah: adalah kaum marhaen, kaum marhaen adalah mereka yang memiliki bangsa indonesia, mereka yang memiliki tanah alat produksi namun bukan mereka yang menikmati hasilnya. Kaum marhaen adalah mereka yang tertindas dan mencita-citakan kemerdekaan melalui kesatuan dan persatuan yang dilandasi oleh kecintaan kepada ibu pertiwi yakni nasionalisme. Nasionalisme tidak lagi dibatasi oleh suku, bahasa, agama, namun semua menjadi satu yakni Indonesia.

Pidato Anies ini memberikan dampak negative didalam masyarakat lahirnya kembali stigma bahwa kaum pribumi adalah hanya mereka (jawa, batak, sunda) dan sebagai kemudian kolonial adalah mereka yang “bukan indonesia” seperti “China”. timbulnya stigma bahwa selain dari kaum pribumi adalah “penjajah”.
Selain mengkotak-kotakkan warga DKI Anies Baswedan juga melanggar Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1998: “Menghentikan Penggunaan Istilah pribumi dan Non Pribumi”. Instruksi itu menyatakan bahwa dalam setiap kegiatan pemerintahan dilarang menggunakan istilah pribumi dan non pribumi. Ini berarti aktor pemerintahan adalah mereka yang seharusnya memberikan perlakuan dan pelayanan yang sama setara kepada warga Negara Indonesia, dalam hal ini warga DKI Jakarta.
Kampanye sudah selesai, kompetisi telah usai, kini saatnya membulatkan tekad membangun DKI Jakarta menuju kesejahteraan dan keadilan sosial, dengan semangat  gotong royong sebagaimana cita-cita luhur bersama para pendiri bangsa negara yang termaktub dalam UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar NKRI.
Kampanye telah usai kini saatnya mengokohkan persatuan dan kesatuan. Tidak memecahbelah kesatuan hanya untuk kepentingan politik semata ataupun kepentingan politik kelompok. Kini saatnya merealisasikan program kerja yang telah dijanjikan kepada warga untuk kemajuan dan kemakmuran warga Khususnya Jakarta.
Share:

HOT TOPIC

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support